Freedy Numberi : Saya Menderita Karena Orang Gunung, Ini Tanggapan Orang Gunung

Kategori Berita

Iklan Semua Halaman

Masukkan kode iklan di sini. Direkomendasikan iklan ukuran 970px x 250px. Iklan ini akan tampil di halaman utama, indeks, halaman posting dan statis.

Like Kami

Freedy Numberi : Saya Menderita Karena Orang Gunung, Ini Tanggapan Orang Gunung

Sepi S. Boma
Kamis, 22 Juli 2021

Foto istimewa Freedy Numberi, saat berbicara di Pansus Otsus Papua di Jakarta beberapa pekan lalu.


Jayapura, [LITERASI.COM] – Sebelum memulai ini diselibkan satu ayat dari Matius 19:30 yang sdr. Freddy Numberi, sebagai orang beriman barangkali lupa. Demikianlah berbunyi: “Tetapi banyak orang yang pertama akan menjadi yang terakhir, dan orang-orang yang terakhir akan menjadi yang pertama.”

1. Selamanya Satu Tungku Dalam Satu Honai Papua

Kami menyaksikan potongan video durasi 1 menit lebih, Pak Freedy Numberi bicara di Pansus Otsus Papua di Jakarta pada beberapa saat lalu. Berikut pesan inti yang disampaikannya:

“……di Provinsi Papua itu, hampir seluruhnya, jabatan semua di isi orang Gunung….,” ujar Freedy Numberi, saat ia berbicara di Pansus Otsus Papua di Jakarta beberapa pekan lalu.

Pertanyaan kami adalah apakah hanya karena untuk mendapat jabatan di Provinsi selama ini sahkan Otsus Jilid II? Mendeligitimasi orang Gunung, memperjuangkan pemekaran Provinsi Tabi Saireri.

“Kami ingatkan Pak Freedy bahwa, OTSUS Jilid II dan pemekaran Papua tidak akan pernah selesaikan masalah orang Gunung dan Pantai. Juga tidak akan selesaikan 4 akar masalah Papua sebagaimana ditemukan oleh LIPI,” ujarnya.

Apa yang pak Numberi sampaikan adalah percikan fakta kegelisahannya termasuk Jakarta saat ini.

“Bayangkan selama 50 tahun (1963-2013) orang Papua dari utara Fakfak, Sorong, Manokwari, Serui, Biak, Jayapura, orang Indonesia pimpin Papua. Dimana orang Gunung?,” terangnya.

Dari 18 Gubernur Papua, termasuk Careteker 17 Gubernur orang Pantai dan Indonesia: 4 orang dari Pantai Utara (Bonai, Kaisiepo, Numberi, Karma/careteker), dan 3 orang dari Kepala Burung (Hindom, Patipi, Salossa), dan dari Indonesia 10 orang hanya 1 orang dari Gunung.

“Ia adalah Gubernur ke 18 dari Gunung Pak Lukas Enembe, tetapi dalam kurun waktu singkat Pak LE membuka tabir, membuka mata, dan hati serta menggetarkan jiwa banyak pihak,” bebernya.

Orang gunung selama 50 tahun 1963-2013 adalah Singa Raksasa yang tertidur, di usir, hingga diisolasi dari rumah, tempat tinggalnya sendiri. Kini Singa itu telah bangkit dan kembali kepada hakekatnya demi dan untuk wim, wam, wen, dan wene (4 W), politik, ternak, berkebun dan Sabda, nilai-nilai hidup baik.

“Inilah prinsip dasar leluhur orang gunung dan Papua. Jadi, apa yang Pak LE lakukan saat ini adalah bagian inti yang leluhurnya,” ujarnya.

Menurut hasil penelitian para ahli belakangan ini mengatakan, selama 6.000 tahun Orang Papua (Gunung) selama kurun waktu ribuan tahun secara turun-temurun telah mempratekannya di dalam hidup.

2. 50 Tahun Engkau Mewakili Orang Gunung

Selama 50 tahun, semua kursi legislatif dan eksekutif kabupaten, provinsi, hingga pusat atas nama orang gunung mereka ini rampas dan isi.

“Kami melihat hanya baru 7 tahun Pak Lukas Enembe, orang Gunung Pertama pimpin Papua dan mereka mulai mengaku tersiksa, gelisah, bersungut-sungut kemudian sebagai tempat pelarian diri mulai teriak Pemekaran, menyebut orang Gunung usir dari Tanah Taby dan lainnya, hingga mengesahkan Otsus Jilid II,” ungkapnya.

Selama mereka pimpin Papua, operasi di atas operasi telah terjadi yang membuat orang Papua menjadi korban yang mengakibatkan ratusan ribu orang meninggal dunia.

“Sayang, engkau hanya diam membisu. Sebagai pemimpin hanya menjadi pelengkap penyetujui kebijakan Jakarta yang menyengsarakan rakyatmu sendiri,” ujarnya.

Selama itu pula orang Papua khususnya dari gunung tidak pernah mengeluh dan menuntut. Mereka diam, berdoa, dan kerja. Apa yang saat ini terjadi adalah bukan pemberian Numberi, Suebu, Kaisiepo Cs dan Jakarta, tetapi hasil perjuangan, doa, air mata orang gunung, orang pantai, dan Papua semuanya.

3. Satu Papua Sampai Tuhan Yesus Datang Kembali.

Kebangkitan orang Papua hari ini akan tetap ada selama mereka masih hidup di atas tanah Papua, di mana saja di 43 Kabupaten/kota di atas tanah ini sampai Tuhan Yesus datang.

“Kami tidak mengemis jabatan, merenge-renge jabatan kepada siapapun. Orang Papua khususnya dari Gunung berjuang dengan doa, air mata, dan pengorbanan,” tututrnya.

Bukan mengklaim, tetapi dilihat dari nilai membagi, orang Papua memiliki nilai membagi dan memberi.

Filsafat hidup kami: “Bukan saya dapat apa, makan apa, tetapi selalu berjuang dan melihat siapa dapat apa, makan apa,” bebernya.

Satu tungku dalam satu Honai, Kunume, Yamewa, Itongoi, Kugowapa. Mereka datang, dari dan dalam kesatuan dan kebersamaan.

4. Ingat Papua Satu dan Utuh

Papua satu dan utuh. Papua selamanya jiwa, roh, dan visinya tetap satu, ‘One People One Soul’. Selama 50 tahun orang gunung tidak pernah membeda-bedakan siapa, mana, dan buat apa.

“Mari Papuaku, tetap bersekutu dan maju. Kita Pasti Menang. Tuhan Yesus dan Allah leluhur yang menciptakan negeri ini, Papua, Melanesia bersama kita,” ungkapnya.

Menurutnya, sebagai orang dan bangsa beriman cuplikan video FN ini sungguh menyayat hati. Ini pandangan dikotomis berbahaya yang dapat menghancurkan persatuan internal orang asli Papua.

“Diantara kita tidak ada perpecahan, kita satu, Papua. Jangan ada yang mengatakan saya dari Pantai dan Gunung,” tegasnya.[*]

Editor : Boma Gadaby