Tangis dan Air Mata Ibu
Penulis : Martinus Gobai
Ooh...Mama.*
Dalam senyum kau sembunyikan letihmu
Derita siang dan malam menimpamu
tak sedetik pun menghentikan langkahmu
Untuk memberi harapan baru bagiku.
Tangus selalu menghampirimu
secerah hinaan tak perduli bagimu
selalu engkau teruskan pijakan langkah untuk mencari masa depan juga harapan bagiku.
Cinta kasih Ibu.*
Sungguh aku teladanimu
Perkataanku menggemakan suaramu engkau adalah sinar perindu
Aku tak tergantikan hanya satu.
Tak pernah terpikir caraku berjalan
Caraku tersenyum itu refleksi darimu.
Ibu
Kau wujudkan semua impianku
Kau lukis seluruh harapanku
Kau ikatkan simpul ketegasan.
Diriku kini kau kuatkan
Ibu
Kau telah petakan jalan itu jalan surga yang agung atas semua pengajaranmu
Juga semua kasih cintamu
Terima kasih Ibu.*
Ku tak bisa ungkapkan rasa syukur dan terima kasih.
Atas setiap hari siang bahkan malam
Yang kau habiskan bersamaku.
Atas setiap peluk ciummu menuntun mengarungi jejakku.
Untuk setiap suruhan bijakmu
Membuatku siap tuk beranjak
Atas cintamu yang seakan tak padam
Saat kesakitan menghampiriku
Tak pernah terlewat genggaman eratmu
Menguatkanku kembali bernafas
Terima kasih Ibu.
Tak pernah membiarkanku
Hilang harap arungi waktu senantiasa terjaga karenamu.
Hingga kini dan selamanya.
Ibu, selalu mengingatkanku setiap kesalahan.
Untuk katakan yang seharusnya ku tindak
Untuk semua maaf yang kau limpahkan atas semua itu.
Hingga sakit kian tak lagi terasa Terima kasih, ibu.
Perjuanganmu, Ibu
Saat ku kecil dulu
Saat usiaku lebih muda dari kini.
Ku tak pernah benar-benar paham
Atas semua yang kau katakan
Ku juga tak begitu menyadari
Berapa banyak pengorbananmu.
Kau ajariku banyak hal Dan menjadikanku hingga dewasa.
Tapi aku selalu sadar sejak dari awal
Bahwa cintamu untuk ku tak terbatas
Dari segenap hatimu tentu.
Keistimewaan hari ku hanya ingin yakinkan.
Betapa ku menghargai semua yang kau beri, selain ku sayang padamu, IBU.
Aku cinta padamu, Ibu
Di atas ranjang tidurku,
Kau seorang pengasih di dapur
kau adalah juru masak terhebat
Terhadap anak-anakmu termasuk aku.
Anak mu yang pertama aku Gobaibo
Aku kagum padamu
Engkau cinta sejati sehidup semati
Duhai kasih mamaku Pigadama.
Di lapangan, kau adalah pelatihku
Di kebun kau pelindungku
Di taman kau penjagaku
Apakah ada yang tidak bisa kau lakukan, Ibu?
Aku memang tak pernah tahu.
Akan semua pekerjaan yang kau kerahkan tapi dari sekian banyak yang kau punya Izinkan ku berikan cinta terbaikku.
Terima kasih atas semua pengorbananmu,
Ibu. Kerja keras di tiap harimu.
Menjaga dan merawatku
Tak akan lekang oleh waktu
Love You MAMA
Tangismu Mama
Dalam senyummu kau sembunyikan lelahmu.
Dalam derita siang dan malam menimpamu tak sedetik pun menghentikan caramu.
Untuk bisa memberi harapan baru bagiku.
Cacian dan kebencian selalu menghampirimu
Hinaan tak perduli bagimu
Selalu kau teruskan cara untuk masa depanku, mencari harapan baru kembali bagi anakmu.
Bukan setumpuk Emas yang kau menginginkan di dalam kesuksesanku. Bukan gulungan duit yang kau minta di dalam kesuksesanku.
Selain kasih sayangku padamu
I Love You, Mama.
Air Mata Ibu
IBU
Memelukmu adalah kenyamananku
Melukis senyummu adalah keinginanku
Mencintaimu sudah tentu kewajibanku
Namun terkadang, melawanmu menjadi kebiasaanku.
Bahkan ku menyiakanmu dan
melupakanmu sebagai seorang ibu.
Tanpa kusadari begitu teririsnya hatimu.*
Harusnya aku menjadi pelindung
Bukan menjadi anak yang tak tahu untung
Harusnya aku menjadi anak yang penurut
Bukan menjadi anak yang banyak nuntut.
Aku masih sangat ingat
Ketika itu tak ada biaya untuk berangkat.
Dari kampung [Ogiyai Miyo Kotomomaida] menuju perkotaan Nabire yang padat waktu itu, Ibu.
Terima kasih ibu atas kasih sayang dan kessetian tulusmu padaku, sesuai dengan baik dan kasih setiamu, maka tuhan akan balas semua pengorbanan dan dedikasimu.[*]
Nabire, 18 Februari 2021
***
Penulis; Aktivis Mahasiswa yang menempuh pendidikan di Uswim Nabire, Papua.