Sebuah bentuk Penindasan Negara Kolonial Indonesia terhadap Orang Papua.

Kategori Berita

Iklan Semua Halaman

Masukkan kode iklan di sini. Direkomendasikan iklan ukuran 970px x 250px. Iklan ini akan tampil di halaman utama, indeks, halaman posting dan statis.

Like Kami

Sebuah bentuk Penindasan Negara Kolonial Indonesia terhadap Orang Papua.

Sepi S. Boma
Sabtu, 06 Maret 2021

Ilustrasi mata tipu hati


Sebuah bentuk Penindasan Negara Kolonial Indonesia terhadap Orang Papua.

"Simak cerita yang dialami salah seorang aktivis mahasiswa di Jayapura."

***

Sa bukan siapa-siapa, tapi sa adalah orang Papua. Ras melanesia yang hidup, makan, minum dan beraktivitas pun di atas tanah leluhur bangsa west Papua. Sa tak pernah keluar mengemis di bangsa atau negara lain dengan bentuk dalih apapun. 

"Sa lahir di sini. Besar juga di atas tanah Papua. Target mati pun di atas tanah tumpah darahku di sini, Papua."

Kali ini, wajah sa tersembunyi dibalik janin ketakutan pada situasi dan kondisi bahkan tindakan brutal tak wajar yang diperlakukan oleh negara kolonial Indonesia terhadap bangsa Papua. 

"Sa menyikapi dan menarasikan letih-lesu situasi Papua sekaligus mendeskripsikan sesuai unjuk rasa yang sa lihat, dengar dan rasakan hari ini."

Dugaan hal kongkret yang terjadi terhadap sa, pada Sabtu, [6/3/202] bertempat di Sentani, Jayapura, Papua. Sekitar pukul 09:39 pagi di tempat. Sa keluar dari rumah dengan tujuan untuk pergi cek sa pu motor yang sempat taro di bengkel untuk perbaiki turun mesin.

Sa keluar pagi untuk pergi cek ke bengkel, karena mas pemilik bengkel mengatakan, "ade motor kalau rusak mesin begitu, ade bawa datang taro di bengkel saja, biar sa beli alat pake uang pribadi sa, lalu akan sa perbaiki," kata mas pemilik bengkel.

"Sesuai apa yang mas sampaikan kepada sa, saat sa beli motor dengan uang sebesar Rp 2 juta rupiah di mas bengkel itu."

Tra lama lagi motor yang sa beli rusak. Hati Sa tra terima karna motor rusak. Kemudian sa pergi kas masuk di bengkel pada tanggal, 28 Februari 2021.

Karena beberapa lama mas bengkel tra respon akhirnya sa pergi pastikan ke bengkel tersebut pada tanggal, 6 Maret 2021. Selama ini,  mas belum pernah memperbaiki dan tak kunjung merespon ke sa tentang motor itu.

Tadi pagi Sabtu, 6 Maret 2021, sa jalan keluar dari rumah tuk cek motor itu. 

Apakah su jadi atau tidak?! 

Setelah sesampai di bengkel. Bengkel masih tutup, sa telusuri istri pemilik bengkel dan sa tanya, apakah nanti mas bengkel masuk kerja ka? Soalnya, sa datang untuk cek sa pu motor di bengkel sini, tapi bengkel belum buka begitu jadi! Sa bilang sama mbak istri pemilik bengkel tersebut. 

Sa kas tahu, kalau bisa tolong telepon ko pu suami, biar suaminya respon segera ke sini. Ternyata benar, beberapa menit lewat mas pemilik bengkel mampir di tempat.

"Dari situ, mas buka bengkel dan tunjukan alat bekas yang sudah sempat mas beli untuk modifikasi motor sa tersebut."

Kata mas, "ade motor kamu rusak piston sehingga kaka su perbaiki." 

Jadi, sekarang ade boleh coba tes bawa. Sa mulai tes bawa begini, sa rasa motornya belum normal malah seperti biasanya. Sa tiba-tiba kas berhenti motor dengan kepala dingin, mulai sa tanya! 

Mas motornya belum normal total! 

Mas mengomentari! ade, perbaiki motor memang awal seperti begitu. Kalau su lama ade bawa-bawa, mesin akan normal total seperti semula. Secara spontan sa terima tanpa berpikir sebab kata mas membuat sa yakin.

"Seolah-olah sa macam baru pegang motor juga tak tau gejala kerusakan alat motor itu. Padahal sa su tau dan pegang motor dari sejak SMP kelas dua," berpikir dalam anganku.

Sa terhipnotis dengan kata mas. Lalu! Sa langsung bilang, "Ok terima kasih atas perbaiki mesinnya, mas." Dan, sa mulai pegang stir untuk tinggalkan tempat bengkel itu.

Selesai itu, sa kabur munuju ke rumah. Tiba-tiba dari pertengahan jalan, motor mulai mogok lagi tak bisa bunyi. Sa duduk di situ sekitar satu jam mandi keringat sambil termenung motor yang baru saja perbaiki ini.

Sa gunyam dan berpikir, memang orang jawa datang ke tanah Papua, tuk membodohi dan menindas orang Papua dengan berbagai cara, salah satunya yang Sa alami sekarang. 

Terasa hati sa membuat kesal, hingga hampir hilang daya pikirku. Sebab mereka membodohi kita orang Papua, seakan kita bodoh dengan berbagai taktik yang halus dan licik.

Tapi! 

Kita sendiri sebagai orang Papua belum sadar, mengapa di tiap saat kagumi dan genggam terkadang hidup makan kolektif dengan mereka?. 

Apa gunanya kalau memang kelakuan dan tipe mereka begitu terus?.

Sa beban pikiran atas tingka seorang mas bengkel, sa lucukan dia kala itu. Sa mulai dorong motor ke bengkel tadi untuk perbaiki kedua kali lagi.

Kebetulan sa ada uang sebesar Rp 500 ribu saat itu.

Kemudian, mas bengkel tanya ke sa, motor kenapa lagi? Sa mulai jelaskan seperti yang tadi terjadi dari awal sampe akhir mogok motor.

Setelah sa jelaskan semua ke mas itu. 

Mas mulai komentar ke sa lagi! Ade, motor ini mungkin saja ada satu alat yang kerusakan atau belum sempat kaka pasang. Jadi! Ade tidak salah bawa kemari, kata mas bengkel. 

Dari situ, mas bengkel mulai bongkar bagian piston yang tadi baru perbaiki itu, ternyata satu alat yang belum sempat pasang namanya (puring) katanya.

Mas tanya, ade mau perbaiki atau kasih tinggal dolo di sini. 

Posisinya, pas sa ada uang jadi mulai sa gantikan alat yang rusak itu, yakni; (puring). Setelah sa beli, mas pasang dan motor mulai normal bunyinya.

Selepas perbaiki. Sa jalan pulang tempo telusuri ke rumah dengan hati senang dan riang gembira. 

Sesampai di Expo, Waena, Ban dalam belakang pecah. 

"Sa pastikan harga ke bengkel, ganti Ban dalam berapa? Ban baru katanya, seharga 60 ribu rupiah. Terpaksa sa ganti Bannya, kemudian sa gegas menuju ke rumah Kotaraja dalam, Abepura, Jayapura, Papua.

***

Jadi, pada esensinya naratif di atas adalah bahwa; 

"Orang Indonesia berbondong datang ke Papua dengan tujuan membodohi orang Papua, padahal kita baik dengan mereka." Aneh tapi nyata!. 

Dibalik itu, malah mereka memasang jerat untuk memusnakan kami orang Papua seutuhnya, salah satu taktik adalah seperti naratif yang sa tulis di atas ini. 

Apapun alasannya, cara ini merupakan salah satu cara membodohi orang Papua secara misterius. 

Tetapi, semua merupakan sandiwara karna kami sendirian yang membodohi sendiri, tanpa memahami, menganalisa, mengatasi dan menyikapi situasi seperti itu. 

Kami sudah merasakan berbagai bentuk penindasan dan ketidakadilan di atas tanah sendiri secara sistematis, kapan kami lawan dengan kapasitas dan kekuatan kita sendiri?. 

Kapan akan mengakhiri semua jeritan, rintihan, ratapan dan penderitaan orang Papua, Ras Melanesia, berkulit hitam dan berambut keriting.

"Bila Tuhan punya telinga hendaklah kau mendengar semua jeritan, rintihan, ratap dan penderitaan Orang Papua hari ini."

***

Catatan; "Bersatu bangkit melawan penindasan dan ketidakadilan di negeri ini. Tidak ada kemerdekaan tanpa perjuangan; dan tidak ada revolusi tanpa pengorbanan."

Editor: Boma Gadaby*